Sisa-Sisa Dunia yang Hilang di Nebula Helix
yakangedu.com – Sisa Dunia yang Hilang di Nebula Helix – Langit selalu menyimpan rahasia, dan kini, sebuah kisah luar biasa terungkap di hamparan luas angkasa. Para astronom baru saja menemukan sesuatu yang mencengangkan di pusat Nebula Helix—sebuah sinyal sinar-X yang bisa jadi merupakan jejak terakhir dari dunia yang telah lama hancur. Apakah ini petunjuk dari peradaban yang lenyap? Atau hanya fenomena alam semesta yang belum terpecahkan?
Asal Usul Sinyal Misterius
Apa yang Terjadi?

Sejak tahun 1980, ilmuwan telah mendeteksi sinyal sinar-X tak biasa dari Nebula Helix, sebuah nebula planeter yang berjarak sekitar 650 tahun cahaya dari Bumi. Namun, selama lebih dari empat dekade, sumber pasti dari sinyal ini tetap menjadi misteri.
Pada 4 Maret 2025, menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA dan XMM-Newton dari Badan Antariksa Eropa, ilmuwan akhirnya menemukan kemungkinan besar asal sinyal ini—sisa-sisa sebuah planet yang telah dihancurkan oleh bintang katai putih yang berada di pusat nebula tersebut.
Siapa yang Menemukan?
Tim astronom dari Meksiko, Spanyol, dan Taiwan telah mengamati fenomena ini dengan seksama. Melalui penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, mereka mengungkap teori bahwa planet yang dulu mengorbit bintang ini kini telah menjadi puing-puing yang jatuh dan menghilang dalam gravitasi sang katai putih.
Mengapa Planet Ini Hancur?
Mekanisme Kehancuran

Saat bintang induk dari sistem ini memasuki fase akhir hidupnya, ia mulai melepaskan lapisan gas terluarnya, membentuk Nebula Helix. Yang tertinggal hanyalah inti bintang yang menyusut menjadi bintang katai putih yang panas dan padat, yang diberi nama WD 2226-210.
Namun, tampaknya ada planet yang nasibnya lebih tragis. Jika planet itu terlalu dekat dengan bintang katai putih, tarikan gravitasinya akan begitu kuat sehingga planet tersebut akan terkoyak dan terhisap. Proses ini menciptakan sinyal sinar-X yang kini terdeteksi.
Apakah Ini Planet yang Sama dengan yang Masih Mengorbit?
Para astronom sebelumnya telah mengetahui keberadaan satu planet seukuran Neptunus yang masih selamat dan mengorbit bintang katai putih ini. Namun, mereka menduga ada planet lain, kemungkinan seukuran Jupiter, yang lebih malang nasibnya. Planet ini mungkin bermigrasi terlalu dekat ke katai putih, hingga akhirnya tercabik-cabik.
Seorang peneliti, Martin Guerrero dari Institut Astrofisika Andalusia, menyatakan bahwa jika teori ini benar, maka ini akan menjadi pertama kalinya manusia menyaksikan sebuah planet yang benar-benar hancur akibat tarikan gravitasi bintang pusat di dalam sebuah nebula planeter.
Bagaimana Sinyal Ini Bisa Memberikan Jawaban?
Pola Unik dalam Sinyal
Pengamatan lebih lanjut terhadap sinyal sinar-X dari Nebula Helix menunjukkan bahwa meskipun intensitasnya cukup stabil dari tahun 1992 hingga 2002, ada pola perubahan halus yang terjadi secara berkala setiap 2,9 jam. Ini menjadi indikasi kuat bahwa masih ada sisa-sisa planet yang sangat dekat dengan bintang katai putih tersebut.
Peneliti utama Sandino Estrada-Dorado dari Universitas Otonom Nasional Meksiko berpendapat bahwa ini adalah bukti akhir dari nasib tragis sebuah dunia yang tersedot ke dalam kekuatan luar biasa dari bintang katai putih.
Apa Makna Penemuan Ini?
Kesimpulan dan Implikasi Ilmiah
Penemuan ini tidak hanya mengungkap bagaimana planet bisa hancur di sekitar bintang yang sekarat, tetapi juga memberi wawasan baru tentang evolusi sistem planet di alam semesta. Ini adalah pengingat bahwa di luar sana, di hamparan luas galaksi, banyak misteri lain yang menunggu untuk dipecahkan.
Pesan Edukasi

Sains terus membuktikan bahwa alam semesta adalah panggung besar tempat lahir dan matinya dunia-dunia yang tak terhitung jumlahnya. Dengan setiap temuan baru, kita semakin memahami betapa dinamisnya ruang angkasa dan bagaimana masa depan planet-planet—termasuk Bumi—bisa berubah seiring waktu.
“Semesta adalah buku yang terbuka lebar, dan hanya mereka yang haus akan ilmu yang akan mampu membaca setiap halaman kisahnya.”